Anak tunggal almarhum Prof. Priyono ini terjun ke dunia film tahun 1968, sebagai penata seni dalam film Jampang Mencari Naga Hitam. Sebagai penata seni dia pernah memperoleh penghargaan melalui film Ambisi, dalam Festival Fim Indonesia tahun 1974 di Surabaya. Kemahirannya sebagai penata seni pernah pula dia ajarkan di Akademi Teater Nasional, Jakarta dan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta.
Ami yang jangkung itu dikenal sebagai pemain. Ia muncul sebagai pemain pembantu, antara lain dalam film Tuan Tanah Kedawung”tahun 1970, Beranak Dalam Kubur pada tahun 1972, Anjing-Anjing Geladak” ditahun 1972, Laki-Laki Pilihan”dan Mama tahun 1973. Pada tahun 1979, ia mendapat peran utama dalam film Bayang-Bayang Kelabu.
Film yang pertama disutradarai olehnya adalah Dewi tahun 1974, kemudian Karmila”di tahun 1975, yang mendapat banyak sambutan publik, lalu Kampus Biru yang ia buat tahun 1976. Kerjasama dan pengertian antara sutradara dan produser, menurut Ami, merupakan syarat penting untuk keberhasilan sesuatu film. Dalam Film Kenangan Desember tahun 1976, “Kerjasama dan pengertian itu tercapai sehingga saya memperoleh kebebasan kreatif untuk melaksanakan ide-ide saya”, begitu kata Ami.
Di Ujungpandang, pada FFI tahun 1978, filmnya Jakarta, Jakarta yang ia sutradarai tahun 1977 menghasilkan 5 buah piala Citra, masing-masing untuk film terbaik, penyutradaraan terbaik, skenario terbaik yang ditulis bersama N. Riantiarno, penata artistik terbaik, yang didapat Judy Subroto dan aktor pendukung terbaik yang diperankan oleh Masito Sitorus.
Kemudian ia juga merebut hadiah penyajian teknik dan tema masa kini pada Festival Film Asia tahun 1978 di Sydney, Australia.
Film
Ami yang jangkung itu dikenal sebagai pemain. Ia muncul sebagai pemain pembantu, antara lain dalam film Tuan Tanah Kedawung”tahun 1970, Beranak Dalam Kubur pada tahun 1972, Anjing-Anjing Geladak” ditahun 1972, Laki-Laki Pilihan”dan Mama tahun 1973. Pada tahun 1979, ia mendapat peran utama dalam film Bayang-Bayang Kelabu.
Film yang pertama disutradarai olehnya adalah Dewi tahun 1974, kemudian Karmila”di tahun 1975, yang mendapat banyak sambutan publik, lalu Kampus Biru yang ia buat tahun 1976. Kerjasama dan pengertian antara sutradara dan produser, menurut Ami, merupakan syarat penting untuk keberhasilan sesuatu film. Dalam Film Kenangan Desember tahun 1976, “Kerjasama dan pengertian itu tercapai sehingga saya memperoleh kebebasan kreatif untuk melaksanakan ide-ide saya”, begitu kata Ami.
Di Ujungpandang, pada FFI tahun 1978, filmnya Jakarta, Jakarta yang ia sutradarai tahun 1977 menghasilkan 5 buah piala Citra, masing-masing untuk film terbaik, penyutradaraan terbaik, skenario terbaik yang ditulis bersama N. Riantiarno, penata artistik terbaik, yang didapat Judy Subroto dan aktor pendukung terbaik yang diperankan oleh Masito Sitorus.
Kemudian ia juga merebut hadiah penyajian teknik dan tema masa kini pada Festival Film Asia tahun 1978 di Sydney, Australia.
Film
- Beranak Dalam Kubur (1971)
- Tuan Tanah Kedawung (1971)