Toto Asmuni (lahir di Jombang, Jawa Timur, 17 Juni 1932 – meninggal di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, 21 Juli 2007 pada umur 75 tahun[1][2]) adalah salah satu pelawak senior Indonesia yang berasal dari grup lawak Srimulat. Ia terkenal dengan "aksesoris" kumis kecil ala Charlie Chaplin dan blangkon-nya.
Asmuni awalnya adalah seorang penyanyi. Kiprah menyanyinya banyak ia lakukan bersama orkes Angkatan Bersenjata. Pada tahun 1950 ia menyanyi bersama orkes angkatan Darat dan kemudian diminta untuk membina orkes musik Angkatan Laut. Kiprah Asmuni di dunia tarik suara dibuktikan dengan piringan hitam yang sempat ia keluarkan yang berjudul Sungai Barito.
Perkenalannya dengan dunia komedi dimulai saat dirinya bertemu dengan legenda komedi Bing Slamet saat ia masih membina orkes musik Angkatan laut di Surabaya. Di saat itulah Asmuni banyak menimba ilmu dari Bing Slamet. Mereka kerap berkelakar dan bertukar pikiran. Namun beberapa saat kemudian Bing Slamet kembali ke Jakarta sedangkan Asmuni tetap memilih bermukim di kota Buaya. Lepas dari dinas di Angkatan Laut, Asmuni mulai tergoda untuk menekuni dunia lawak. Ia memutuskan untuk bergabung dengan grup lawak Lokaria pimpinan Amang Rahman. Dan ternyata banyak yang menganggap aksi Asmuni di panggung lucu.
Pada tahun 1976 aksi lawak Asmuni membuat pendiri Srimulat, Teguh tergoda untuk merekrutnya di Srimulat Surabaya. Nah di grup lawak legendaries inilah nama Asmuni semakin dikenal orang karena aksi lucunya. Celetukan-celetukannya yang segar selalu memancing gerr para penonton. Asmuni semakin populer saat dirinya memakai kumis tipis dan blankon sebagai aksesorisnya di panggung. Tak dinyana aksesoris itulah yang menjadi ciri khasnya.
Setelah lama malang melintang di Srimulat Surabaya, Asmuni memutuskan hijrah ke Jakarta dan bergabung bersama Srimulat Jakarta. Di Ibukota inilah karier lawak asmuni makin bersinar terutama di era 80'an. Tidak saja dunia lawak yang ia tekuni, dunia akting pun mulai ia rambah. Di antara film layar lebar yang sempat ia perankan adalah Asmuni Jadi Boss.
Saat panggung Srimulat di Taman Ria Senayan ditutup, Asmuni mulai konsentrasi pada bisnis rujak cingurnya di bilangan Slipi, Jakarta barat yang dahulunya sempat menjadi basecamp anggota Srimulat yang belum memiliki rumah. Nasib srimulat mulai kembali terangkat saat grup lawak ini dipegang Jujuk. Di era 90'an inilah Srimulat kembali bangkit. Lewat binaan Agum Gumelar Srimulat mulai kembali digemari publik lewat tayangan Aneka Ria Srimulat di Indosiar. Bahkan program ini sempat mencatat fenomenal saat tayang 24 jam nonstop disaat hari raya Idul Fitri tahun 1996.
Setelah Aneka Ria Srimulat redup, Asmuni sempat memperkuat Ludruk Glamour yang nasibnya-pun sama dengan Srimulat. Dan diakhir hayatnya Asmuni kembali menata bisnis warung rujak cingurnya di Slipi. Bahkan ia akhirnya membuka cabang di daerah Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur sampai akhir hayatnya.
Asmuni meninggal pada tanggal 21 Juli 2007 di Trowulan dikarenakan mengeluh sakit gigi dan salah pemberian obat sakit gigi, jenazahnya dimakamkan di tanah kelahirannya di Diwek, Kabupaten Jombang.
Film
- Raja Pungli (1977) oleh Pitrajaya Burnama
- Gaya Merayu (1980) Wisjnu Mouradhy
- Untung Ada Saya (1982) Lilek Sudjio
- Gepeng Mencari Untung (1983) Lilik Sudjio
- Gepeng Bayar Kontan (1983) Frank Rorimpandey
- Senjata Rahasia Nona (1983) Henky Solaiman
- Montir Montir Cantik (1984) BZ. Kadarjono
- Semua Karena Ginah (1985) Nya Abbas Akup
- Tahu Sama Tahu (1986) Jopi Burnama
- Kecil-Kecil Jadi Pengantin (1987) Henky Solaiman
- Cintaku Di Rumah Susun (1987) Nya Abbas Akup
- Akibat Terlalu Bebas (1987) A. Rachman
- Akibat Terlalu Genit (1988) Hadi Poernomo
- Nyoman Cinta Merah Putih (1989) Judy Soebroto